Penganiayaan Kader Ansor dan Fenomena Gunung Es Persoalan Sosial Masyarakat - Warta Global Indonesia

Mobile Menu

Whatshop - Tema WhatsApp Toko Online Store Blogger Template

Top Ads

Klik

More News

logoblog

Penganiayaan Kader Ansor dan Fenomena Gunung Es Persoalan Sosial Masyarakat

Sunday, March 12, 2023
Kasus penganiayaan David oleh Mario kini merembet ke berbagai arah. 

“Momentum ini hendaknya terus dipelihara, dirawat dan digelindingkan sehingga membuka semakin banyak tabir penyakit sosial masyarakat,” demikian kata Waketum SOKSI, Valentino Barus, di Jakarta Minggu (12/3). 

Pernyataan Valentino mengacu pada pemikiran yang berkembang pada Dialog Kebangsaan yang dipandu Dr. Illiyas Indra di aula Gus Dur di tebet pada Rabu lalu. 

Pada dialog bertajuk “Polemik Pasca Kasus Pemukulan Putra Pengurus Ansor Yang Berdampak Pada Pemeriksaan Aset Pejabat Negara”, menyeruak pandangan bahwa penganiayaan David, putra pengurus Ansor merupakan ‘fenomena gunung es’ berbagai penyakit sosial yang sedang menjangkiti masyarakat. 

Karena itu, momentum ini hendaknya dimanfaatkan oleh sebanyaknya kekuatan masyarakat bangsa untuk menggalang energi besar guna mengadakan koreksi dan reparasi kondisi masyarakat kita dewasa ini. 

Hadir pada dialog tersebut tokoh dan kader berbagai organisasi kemasyarakatan diantaranya SOKSI bersama Fokusmaker, Wirakarya Indonesia dan LKBH; kader NU utamanya dari Ansor, Pemuda Pancasila, HMI, Forum Muda Milenial Indonesia dan KNPI. 

Dialog Kebangsaan ini dipandu Dr. illiyas Ilham, dengan pembicara; Ir. Ali Wongso – Ketua Umum Depinas SOKSI, Dr. Amsori Ahmad, MH – Kabid Hukum dan Advokasi PP Pagar Nusa PBNU, dan HM Nabil – Ketua Umum Yayasan Islam Attahiriyah. 

Peserta dan pembicara mencoba memaparkan potret buram permasalahan, khususnya karakter dan moral masyarakat. 

Beberapa penanya, seperti Fatir, Ella, M Janwar menyampaikan keprihatinan mereka akibat gambaran kuatnya cengkraman budaya hedonisme, individualisme dan materialisme yang mendera sehingga orang cenderung menghalalkan segala cara. 

Sementara itu, Valentino Barus melihat minimnya upaya pembentukan mental dan karakter sejak usia dini di keluarga juga diperparah dengan hilangnya Pendidikan Budi Pekerti dan Pendidikan Moral Pancasila di sekolah. 

Secara umum peserta dialog berpendapat bahwa penyakit sosial dan kondisi koruptif masyarakat ini hanya bisa diperbaiki dengan political will dan effort yang kuat secara konsisten, disiplin dan tegas. 

Mengemuka juga pendapat perlunya transparasi, pelaporan harta kekayaan, serta pembuktian terbalik untuk dapat menjerat para koruptor yang telah menggerogoti duit rakyat.
Ali Wongso pada kesempatan itu mengatakan bahwa penanganan penyakit sosial yang tengah mendera masyarakat kita membutuhkan sinergitas dan kekompakan kekuatan masyarakat sehingga menjadi energi besar. 

“Untuk itu SOKSI mengajak elemen kekuatan masyarakat bangsa yang peduli, seperti NU, Muhammadiyah dan elemen masyarakat lainnya untuk bergandengan tangan berkontribusi maksimal demi perbaikan kondisi masyarakat,” kata Ketua Umum Depinas SOKSI itu. 

Amsori Ahmad menyoroti betapa perilaku tak.lajim yang ke luar dari nilai-nilai moral sungguh telah marak di tengah masyarakat, khususnya generasi muda kita. 

“Bisa dibayangkan apabila kasus ini dialami seorang bukan David yang anak seorang tokoh Ansor. Mungkin akan segera lenyap atau bahkan luput dari pantauan viral masyarakat,” ujar aktivis hukum alumni India ini. 

“Ayooo kita kawal penegakan hukum penganiayaan David hingga tuntas,” tambahnya. 

Sementara itu, Forum Muda Milenial Indonesia M Janwar menekankan perlunya masyarakat, khususnya generasi muda untuk terus menjaga dan memelihara kepekaan dan semangat untuk merawat kondisi masyarakat dari berbagai penyakit sosial. 

“Tempat kita berdialog ini di resmikan oleh Gus Dur, karena itu namanya Aula Gus Dur. Semoga dari sini semangat perbaikan berbagai penyakit sosial masyarakat terus digaungkan, sebagai mana halnya yang digagas SOKSI,” imbuhnya. Red

No comments:

Post a Comment