Rakyat di Kota Sweda, Suriah Selatan, Mengutuk rezim Bashar al-Assad. - Warta Global Indonesia

Mobile Menu

Whatshop - Tema WhatsApp Toko Online Store Blogger Template

Top Ads

Klik

More News

logoblog

Rakyat di Kota Sweda, Suriah Selatan, Mengutuk rezim Bashar al-Assad.

Wednesday, September 13, 2023

10 Tahun Perang, Pengungsi Suriah Hidup dalam Keputusasaan

Suriah Selatan, WARTAGLOBAL.id - Untuk keempat kalinya berturut-turut, warga kota Suriah Selatan, Sweda, melakukan aksi unjuk rasa. Mereka telah menutup kantor pemerintah dan meruntuhkan patung mantan presiden, Hafiz al-Assad. Ribuan orang memadati jalanan di selatan Suriah dalam tanda ketidakpuasan langka terhadap rezim Basha al-Assad. Para demonstran, termasuk anak-anak, menuntut kebebasan bagi Suriah.

Aksi protes ini dipicu oleh kemiskinan yang mendalam akibat inflasi yang melonjak tajam. Mereka menyerukan peralihan politik dan beberapa di antaranya bahkan meneriakkan tuntutan jatuhnya rezim. Suasana ini mengingatkan pada gelombang protes tahun 2011 yang membawa Suriah ke dalam perang saudara yang berkepanjangan selama satu dekade, dengan ratusan ribu nyawa melayang tanpa ada perubahan kepemimpinan yang signifikan.

Salah satu dari para demonstran pada tahun 2011 adalah Shady, yang kini berusia 36 tahun dan menetap di Jerman. Sebagai peneliti politik dan aktivis, ia memberikan wawasan tentang mengapa protes terbesar di Suriah dalam beberapa tahun terakhir terjadi di kampung halamannya. "Mereka tidak memiliki apa-apa untuk kehilangan, itulah sebabnya mereka ingin turun ke jalan," ungkapnya.

Protes yang awalnya dipicu oleh keputusan Assad untuk menaikkan gaji sektor publik sambil mengurangi subsidi bahan bakar, kini telah berkembang menjadi tuntutan pengunduran Bashar al-Assad. Kebijakan tersebut memicu inflasi yang merusak dan memicu kenaikan harga kebutuhan pokok. "Rezim tidak peduli dengan rakyat, mereka menaikkan gaji tetapi memangkas subsidi," jelas Shady.

Perekonomian Suriah memburuk dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah pemerintahan Assad menaikkan gaji sektor publik. Harga-harga barang melambung tinggi, sementara pasokan bahan bakar dan gas sangat terbatas di seluruh negeri. Dampaknya terasa di kehidupan sehari-hari masyarakat. "Jika Anda tidak memiliki keluarga yang bekerja di luar dan mengirim uang, maka Anda akan kesulitan untuk bertahan hidup," papar Shady.

Ingin Menggulingkan Presiden Assad, Ratusan Ribu Warga Suriah Berdemonstrasi.

Kondisi ini menggambarkan betapa sulitnya kehidupan bagi keluarga di Suriah. Banyak yang bergantung pada dukungan finansial dari anggota keluarga yang bekerja di luar negeri. "Kami seperti keluarga besar, sekitar 30 persen dari kami tinggal di luar negeri dan mengirim uang agar mereka bisa bertahan hidup," tambahnya.

Aksi protes ini juga mencerminkan keinginan rakyat Suriah untuk memiliki masa depan yang lebih baik di tanah airnya sendiri. Tuntutan mereka tercermin dalam spanduk dan yel-yel yang mereka bawakan di jalan-jalan. "Salah satu spanduk menyuarakan, 'Saya tidak ingin anak saya berpikir untuk pergi dari negara ini'," jelas Shady.

Tentu saja, nasib protes ini masih tanda tanya besar. Apakah gerakan ini akan merambat dan membawa perubahan, ataukah akan berakhir dengan kekerasan seperti protes lebih dari satu dekade lalu? Pertanyaan ini menjadi sorotan di tengah gelombang protes yang semakin menguat di Suriah Selatan.

Wr, G/*"

No comments:

Post a Comment