Ganjar-Mahfud Bersama Rakyat, Prabowo-Gibran Bersama Alat Negara. - Warta Global Indonesia

Mobile Menu

Whatshop - Tema WhatsApp Toko Online Store Blogger Template

Top Ads

Klik

More News

logoblog

Ganjar-Mahfud Bersama Rakyat, Prabowo-Gibran Bersama Alat Negara.

Monday, November 13, 2023
Oleh : Ario Subagyo

Jakarta, WARTAGLOBAL.id - Hari ini saya mendengar banyak kabar yang mendebarkan kerasionalan pikir. Presiden Jokowi yang menggumamkan kata “netral”, nyatanya hanya sekedar basa-basi yang basi saja. Fakta demi fakta ditemukan bahwa presiden kebanggaan rakyat Indonesia itu kembali menjalankan roda negara untuk mendukung anaknya, agar bisa menang bersama Prabowo Subianto dalam kontestasi pilpres nanti. 

Sebuah artikel yang saya temukan, memaparkan bagaimana Jokowi yang membawa orang-orangnya di Solo untuk mengawal kemenangan Gibran. Penempatan mereka bukan hanya Jawa yang menjadi sumber suara secara nasional, tapi pengangkatan para alat negara sebelum hari ini tiba. 

Yang awalnya Dandim 0735/Surakarta, sekarang berubah menjadi KSAD dan sebentar lagi bertransformasi menjadi Panglima. Lalu ada juga kisahnya Kapolresta Surakarta yang sekarang menjadi Kapolri. Itulah Agus Subiyanto dan Listyo Sigit Prabowo, duet jenderal Geng Solo di ujung tombak kepemimpinan TNI dan Polri. Mereka adalah orang-orang yang berjalan bersama Jokowi sejak di Solo, sekaligus bentengnya jelang masa tarung politik 2024. 

Tiga Periode tidak bisa tercapai, maka Gibran lah yang menjadi senjata pamungkasnya untuk menyalurkan kelanjutan hasrat berkuasanya. Benar apa kata kalangan di luar sana bahwa Jokowi ini sudah kena toxic, karena niat membperbaiki hubungan dengan Prabowo berujung pada ketamakan untuk berkuasa. Tidak ada lagi istilah ngerem keserakahan, karena semua ditendang demi kemakmurannya sendiri bersama keluarganya. 

Geng Solo lainnya juga dipasang di daerah utama seperti Jawa Tengah, yang diprediksi jadi adu saing Ganjar-Gibran pada ajang Pilpres 2024. Di provinsi ini, ada trio Geng Solo yang menjadi pagar dan memainkan perannya untuk menjaga suara Gibran. Trio itu ada Pj Gubernur Jateng Komjen (Purn) Nana Sudjana, Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi, dan Pangdam IV/Diponegoro Mayjen Widi Prasetijono.

Menurut Ari Junaedi, doktor komunikasi politik yang bergabung dengan Tim Kampanye Jokowi pada Pilpres 2019, Jokowi sudah memasang positioning yang tepat dan semua adalah skenario lengkap Istana untuk menjaga pemilu agar tetap berpihak pada penguasanya. Dan siapa bisa menggerakkan aparat akan memiliki keunggulan. 

Prabowo dan Gibran mempunyai sponsor besar, yakni orang nomor satu di negeri ini. Jangan salah, Gibran bisa sampai ke posisi cawapres saja juga datang dari produk alat negara di cabang Mahkamah Konstitusi. 

Sepertinya presiden kita sudah kadung nyaman dengan toxic berkuasa yang mencemari pemerintahannya. Padahal Mahfud MD berharap agar POLRI dan TNI netral dalam pemilu nanti. Akankah mereka masih bisa netral? 

Kita sudah tahu beberapa fenomena yang terjadi sampai hari ini. Bahkan barisan menteri juga sudah mulai dikerahkan guna menjadi timses Prabowo-Gibran. Jika kita kembali menelisik ulang bisa berangkatnya Gibran menjadi cawapres, bukan dari PDIP atupun partai yang katanya menguningkannya. Tapi lembaga naungan pamannya, Mahkamah Konstitusi. 

Begitu selanjutnya, akan ada pergerakan pemenangan Gibran dengan alat negara lainnya. Sekarang KPU yang awalnya diprotes karena mengubah aturan umur capres-cawapres berdasarkan putusan MK, sudah membenahi PKPU dengan masih tegak lurus memperbolehkan Gibran nyawapres. Padahal putusannya jelas bermasalah, tapi tetap juga dijadikan rujukan. Kalau bukan orderan, apa namanya? 

Tidak mungkin bisa netralitas dipegang pemerintah. Yang saya amat sayangkan, ketika calon lain didzalimi dengan proses-proses kotor ini. Terutama Ganjar-Mahfud. Ganjar yang dulu ikut serta memenangkan Jokowi demi mencegah orang buruk berkuasa, sekarang ditinggal mentornya itu demi memperpanjang kekuasaan lewat anaknya. 

Semua orang buka suara dan mempertanyakan mengapa Jokowi bertransformasi menjadi pemimpin yang tamak akan kekuasaan? Dia yang dulu memerintahkan barisannya untuk mencegah orang jahat berkuasa, sekarang justru berputar arah untuk memenangkannya. Mungkin ini yang disebut Jayabaya sebagai “wolak-walik zaman” (zaman terbalik). 

Meskipun begitu, Ganjar Pranowo dan wakilnya masih berjalan di rel kebenaran. Mereka tidak mau mengikuti arus lawannya, yang menghalalkan segala cara untuk menang. Keduanya turun menyambangi warga di berbagai daerah untuk berdiskusi dan menampung aspirasi serta menawarkan solusi lewat programnya nanti. 

Visi dan misinya yang sudah dirancang adalah cakupan problem yang menghampiri rakyat. Di sana juga berisi terobosan untuk mengakselerasi pergerakan menuju Indonesia Emas 2024. Perancangan visi misi yang mereka sodorkan kepada rakyat memiliki nilai tinggi, bukan sekedar bualan. Karena di sana ada jaminan besar dengan rekam jejak. 

Tentu program yang mereka bawa sudah terkoneksi dengan keberhasilan di masa lalu. Seperti Ganjar yang sudah melakukan terobosan untuk mengentaskan kemiskinan, lewat pendidikan dan keroyokan sumber dana dari gotong-royongnya bersama para pihak. 

Belum lagi nilai integritas mereka yang sudah teruji. Tidak berani mereka melakukan segala bentuk korupsi, baik dari yang terkecil gratifikasi sampai bentuk lain dalam KKN. Prinsip itu dipegang keduanya saat mengemban amanah rakyat. 

Secara personal keduanya lebih matang dari jagoan Presiden Jokowi. Baik dalam bersikap maupun rekam jejak. Inilah yang kemudian menjadi pertimbangan rakyat untuk memilih calon pemimpinnya. 

Kita sudah dihadapkan dengan kondisi carut-marut negara hari ini, tidak mungkin kita memilih pemimpin yang jadi aktor utama dalam peristiwa itu. Maka pilihannya hanya Ganjar-Mahfud yang selalu mengumandangkan pesan baiknya untuk tetap tegak lurus dengan nusantara. 

Yang diminta Ganjar, hanya persaingan yang sehat. Tapi kalau mereka justru melenceng dan malah cari penyakit, dia bisa apa? Kepada mereka yang berada di barisan Ganjar Pranowo, pesan untuk bergerak bersama rakyat adalah instruksi utama. Tidak dan jangan pernah menggunakan alat negara, karena ini urusan memperjuangkan suara dan hak rakyat. Negara bukan alat untuk memenangkan kekuasaan, melainkan tempat yang memberikan keteduhan dan perlindungan untuk rakyat dalam segala hal.

Redaksi/"

No comments:

Post a Comment