Kisah Keagungan Hati di Balik Tragedi Karbala. - Warta Global Indonesia

Mobile Menu

Whatshop - Tema WhatsApp Toko Online Store Blogger Template

Top Ads

Klik

More News

logoblog

Kisah Keagungan Hati di Balik Tragedi Karbala.

Saturday, August 3, 2024


Cerita Rakyat, WARTAGLOBAL.idTatkala 71 orang terjatuh satu per satu, tinggallah satu orang yang menjadi bulan-bulanan para penyerang. Namun, hatinya tetap saja beristighfar, memohonkan ampunan bagi para penyiksanya. Tiap kali satu panah menembus tubuhnya dan satu sabetan pedang mengenainya, beliau hanya berucap, "Ampuni orang ini, ya Allah... ampunilah orang ini..."


Riwayat menyebutkan bahwa tidak kurang dari 31 anak panah dan 34 sabetan pedang menghujam tubuhnya. Di saat itulah ia jatuh berlutut, semakin khusyuk beristighfar, hingga seorang bernama Syimr bin Dzin Jausyan mengayunkan pedangnya dari belakang ke lehernya. Berakhirlah istighfarnya, dan beliau meninggalkan dunia ini dalam keadaan bersih, tanpa pernah membawa kebencian atau mencaci maki para penyiksanya.


Kepalanya dipancung, dan bahkan dikisahkan bahwa kepala yang selalu diciumi oleh Baginda Nabi Muhammad itu dijadikan bola tendang dan ditusukkan ke tombak. Setelah tragedi Karbala, Yazid bin Muawiyah memerintahkan eksekusi terhadap beberapa jenderal karena suatu masalah. Salah satunya adalah lelaki yang juga terlibat dalam pembantaian di Karbala.


Merasa terancam, lelaki itu melarikan diri ke Madinah. Di sana, ia menyembunyikan identitasnya dan tinggal di kediaman Imam Ali Zainal Abidin bin Husein, cicit Rasulullah yang selamat dari pembantaian Karbala. Sosok yang dikenal sebagai 'As-Sajjad' (orang yang banyak bersujud) ini menjamu lelaki tersebut dengan sangat baik. Ia disambut dengan ramah dan disuguhi jamuan yang layak. Setelah tiga hari, lelaki itu pamit pergi.


Lelaki itu sudah duduk di atas pelana kudanya, namun ia tak kuasa beranjak. Ia termenung atas kebaikan sikap As-Sajjad, merasa terenyuh karena sang tuan rumah tak mengenali siapa dia sebenarnya.


"Kenapa engkau tak beranjak?" tegur As-Sajjad. Lelaki itu diam sejenak, lalu menyahut, "Apakah engkau tidak mengenaliku, Tuan?" Giliran As-Sajjad yang diam sejenak, kemudian ia berkata, "Aku mengenalimu sejak kejadian di Karbala." Lelaki itu tercengang.


"Kalau memang engkau sudah mengenaliku, mengapa kau menjamuku?" tanya lelaki itu dengan suara bergetar.


As-Sajjad menjawab dengan tenang, "Itu (pembantaian di Karbala) adalah akhlakmu. Sedangkan ini (keramahan) adalah akhlak kami. Itulah kalian, dan inilah akhlak kami."


Kisah ini mengajarkan bahwa meskipun dikelilingi oleh kebencian dan kekejaman, akhlak yang mulia dan kasih sayang sejati tetap dapat bersinar. Kebaikan hati As-Sajjad menjadi cerminan dari ajaran luhur yang diwariskan oleh keluarganya, mengingatkan kita semua akan pentingnya memaafkan dan memperlakukan orang lain dengan penuh kebaikan, terlepas dari apa yang telah mereka lakukan.


IU-WR.G/*

No comments:

Post a Comment