Oleh : WAGIMAN, SE
Jurnalis Madya
Warta global.id-- Generasi Z, yang lahir di tengah derasnya arus teknologi, sering kali disebut sebagai generasi paling "melek digital." Mereka tumbuh dengan ponsel pintar di tangan, media sosial sebagai teman, dan internet sebagai guru. Namun, ironisnya, meskipun memiliki akses tak terbatas ke informasi, hiburan, dan koneksi, banyak dari mereka justru merasa sulit menemukan kebahagiaan sejati. Apa yang salah?
Pertama, ekspektasi sosial yang terus meningkat menjadi salah satu penyebab utama. Media sosial, alih-alih menjadi ruang inspirasi, sering kali berubah menjadi panggung perbandingan hidup. Generasi Z dibombardir dengan gambar-gambar "kesempurnaan" hidup orang lain—liburan mewah, tubuh ideal, atau pencapaian besar. Hal ini menciptakan tekanan untuk selalu terlihat sukses dan bahagia, bahkan jika itu jauh dari kenyataan mereka sendiri.
Kedua, hubungan yang dangkal semakin banyak menggantikan koneksi yang mendalam. Dalam era serba instan, percakapan melalui teks atau emoji sering menggantikan tatap muka. Akibatnya, rasa kesepian menjadi masalah serius, meskipun mereka memiliki ribuan "teman" di dunia maya. Hubungan emosional yang sejati membutuhkan kehadiran fisik dan empati, sesuatu yang sering terabaikan dalam interaksi digital.
Ketiga, generasi ini juga terjebak dalam budaya "selalu aktif." Dengan notifikasi yang terus berdatangan dan tekanan untuk selalu terhubung, Generasi Z sering kali merasa sulit untuk beristirahat. Kehidupan mereka dipenuhi distraksi, yang membuat mereka kehilangan momen untuk benar-benar menikmati waktu, merenung, atau bahkan bermimpi.
Namun, tidak semua kabar buruk. Generasi Z juga memiliki peluang besar untuk menemukan kebahagiaan dengan memanfaatkan teknologi secara bijak. Kunci utamanya adalah keseimbangan. Mungkin saatnya untuk mempraktikkan digital detox, fokus pada hubungan nyata, dan memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada jumlah likes, tetapi pada penerimaan diri dan hubungan yang bermakna.
Generasi Z adalah masa depan. Dengan kesadaran akan tantangan mereka sendiri, mereka memiliki potensi untuk mengubah era digital menjadi alat yang benar-benar mendukung kebahagiaan, bukan sekadar pengalihan dari kehidupan yang seharusnya mereka nikmati.
No comments:
Post a Comment